Potensi Dasar Manusia




Bagaimanakah sifat asal manusia dan seberapa besar potensi yang dimiliki manusia untuk berkembang adalah beberapa pertanyaan penting tentang manusia. Tentu saja pertanyaan itu paling tepat apabila diarahkan kepada siapa yang menciptakan manusia. Allah Azza wa jalla adalah tempat bertanya, karena Dia adalah sang pencipta manusia (The Human Creator). Apa yang ada di al-Qur’an dan al-Hadis adalah jawaban Allah tentang apa, siapa dan bagaimana sesungguhnya manusia.[1]
Bagaimana sifat asal manusia? Baik atau burukkah? Baik dan burukkah? Dalam simposium Nasional Psikologi Islam[2] muncul dua macam pendapat. Pendapat pertama mengungkapkan pada dasarnya sebelum dilahirkan manusia hanya mempunyai sifat asal kebaikan. Pandangan kedua meyakini bahwa di samping sifat asal kebaikan, manusia juga mempunyai fitrah (sifat asal) untuk memenuhi dorongan kesenangan (fujur).[3]
Islam mempercayai bahwa manusia diciptakan dalam keadaan fitrah. Fitrah berarti kejadian atau penciptaan. Fitrah adalah segala sesuatu yang telah menjadi bawaannyasejak lahir atau keadaan mula-mula. Dalam pandangan beberapa ulama, Allah telah menciptakan kecenderungan alamiah dalam diri manusia untuk condong kepada Tuhan, cenderung kepada kesucian, kebaikan dan hal-hal yang positif dan konstruktif.
Fitah manusia adalah suci dan beriman. Kecenderungan kepada agama merupakan sifat dasar manusia, sadar tak sadar manusia selalu merindukan Tuhan dan seterusnya.[4]
Sejak kelahirannya manusia telah diciptakan Allah membawa potensi keberagamaan yang benar, yang diartikan ulama sebagai tauhid. Namun, ungkap  Quraish Shihab, fitrah manusia bukan hanya itu, tapi juga kecenderungan hati kepada lawan jenis, anak-anak, harta, binatang ternak, sawah, ladang dan seterusnya.[5]
Dari pemaparan di atas dapat ditarik pada sebuah kesimpulan bahwasanya manusia itu memiliki bawaan yang telah dibawa sejak lahir atau mula-mula pembentukan yang telah diberikan oleh Allah dalam bentuk berupa potensi-potensi dasar, yang terdiri dari adanya potensi atau kecenderungan beragama kepada agama Allah atau disebut sebagai tauhid. Namun, menurut Quraish Shihab di atas ternyata manusia itu tidak hanya memiliki fitrah menyembah kepada Tuhannya melainkan juga memiliki fitrah keduniawian salah satunya kecenderungan hati kepada lawan jenis atau kecenderungan akan seksual dan lain sebagainya. Maka, dalam penulisan kali ini, penulis akan memaparkan mengenai potensi dasar manusia dari sekian banyak kecenderungan penulis hanya akan membahas dua potensi dasar manusia, yaitu kecenderungan beragama dan seksual.
A.    Kecenderungan Beragama
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS. Al-A’raf: 172)
B.     Kecenderungan Seksual
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)




[1] Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia: Seri Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 1.
[2] Tim Perumus Simposium Nasional Psikologi Islam I, Rumusan Hasil Simposium Nasional Psikologi Islami: Simposium Nasional Psikologi Islami, (Surakarta: Fakultas Psikologi UMS, 1994), 11-13 November 1994.
[3] Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia: Seri Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 51.
[4] Hanna D. Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm.52-53.
[5] Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia: Seri Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 53.

Previous
Next Post »

Silahkan berkomentar dengan sopan dan beradab :D
ConversionConversion EmoticonEmoticon