PSIKOLOGI
ABNORMAL DALAM PERSPEKTIF UMUM
DAN STUDI ISLAM
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata
Kuliah : Pengantar Psikologi
Dosen
pengampu : Muhsin Khalida, M.A.
Disusun
Oleh :
NAMA
: ENDANG SANTIKA
NIM
: 15220048
BIMBINGAN
DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2016
A.
Pengertian Psikologi
Abnormal dalam Perspektif Umum
Sebelum
membicarakan perilaku abnormal, kita coba membahas tentang perilaku normal ,
sehingga kita memiliki gambaran bagaimana dan seperti apa perilaku abnormal
itu.
Menurut
Kartini Kartono, perilaku normal
adalah perilaku yang adekuat (serasi dan
tepat), yang bisa diterima masyarakat pada umumnya . Sedangkan yang dimaksud
dengn perilaku pribadi normal adalah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok
masyarakat tempat ia berada, sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan
interaksi sosial yang memuaskan. [1]
Sehat
mental ialah sikap positif terhadap diri sendiri baik seperti penerimaan diri,
identitas adekuat, dan penilaian realistik. Persepsi atas realitas terhadap
diri dengan lingkungan integrasi seperti keutuhan pribadi , bebas inner
confict,dan toleransi terhadap stres (Coleman, dkk1980).
Pengertian
keadaan normal secara konseptual :
1.
Sehat adalah keadaan berupa kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya
atau keadaan lemah tertentu ( World Health Organization-WHO)
2.
Karl Meninger,
seorang psikiater, memberikan rumusan sebagai berikut
“Kesehatan mental adalah penyesuaian
manusia terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan kebahagiaan
yang maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi atau hanya perasaan puas atau
keluawesan dalam mematuhi aturan permainan dengan riang hati. Kesehatan mental
mencakup itu semua. Kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri,
menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain dan
sikap hidup yang bahagia”.
3.
H.B. English, seorang psikolog,
memberikan rumusan sebagai berikut :
“Kesehatan mental adalah keadaan
yang relatif tetap dimana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami
aktualisasi diri. Kesehatan mental merupakan keadaan positif bukan sekedar
absennya gangguan mental”
4.
W.W. Boehm, seorang
pekerja sosial, memberikan suatu pengertian “Kesehatan
mental meliputi suatu keadaan dan taraf
keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan memberikan kepuasan
bagi orang yang bersangkutan”
Dari keempat
rumusan tersebut menekankan normalitas sebagai keadaan sehat yang secara umum
ditandai dengan keefektifan dan penyesuaian diri yaitu menjalankan kewajiban
serta tuntutan hidup sehari-hari sehingga menimbulkan perasaan puas dan
bahagia.[2]
Jahoda,
1980 menyebutkan ciri-ciri kesehatan mental atau perilaku normal itu
dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
1. Memiliki
sikap batin (Attidude) yang positif terhadap dirinya sendiri.
2. Aktualisasi
diri.
3. Mampu
mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis ada.
4. Mampu
berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri).
5. Memiliki
persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6. Mampu
menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Setelah membahas perilaku yang normal, sekarang kita akan membahas
bagaimana perilaku yang abnormal.
Perilaku pribadi abnormal adalah perilaku
yang menyimpang jauh dari perilaku normal atau berbeda dari keadaan integrasi
ideal.[3]
Menurut Atkinson R.L. dkk perilaku
abnormal dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1. Secara
statistic, dikatakan perilaku abnormal jika secara statistic jarang
ataumenyimpang dari normal, jadi tidak sesuai dengan perilaku masyarakat
umumnya.
2. Maladaptive,
perilaku dianggap abnormal jika bersifat maladaptive dan memiliki pengaruh
buruk pada individu atau masyarakat.
3. Menyimpang
dari norma social, perilaku yang menyimpang secara jelas dari standar atau
norma dalam masyarakat.
4. Distress
pribadi, adanya perasaan distress subyektif individu.
Dengan demikian, kita dapat menilai suatu
perilaku abnormal atau tidak, bisa dikaji secara statistic,daya adaptasi,
penyimpangan dari norma social atau subyektif individunya.
Seadangkan 4
kategori dasar indikasi tingkah laku abnormal (Maher, 1985) yaitu:
1. Tingkah
laku yang sangat merugikan diri sendiri atau sangat merugikan orang lain.
2. Kontak
realitas sangat rendah
3. Reaksi
emosional tidak tepat.
4. Tingkah
laku tidak dapat diprediksi.
Sedangkan bagaimana
definisi Psikologi Abnormal itu sendiri?
Psikologi
abnormal kadang-kadang disebut juga dengan psikopatologi.[4]
Dalam bahasa inggris dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology. Psikologi
Abnormal (abnormal psychology) merupakan salah satu cabang psikologi yang
berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang
yang mengalaminya. Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas
tentang perilaku abnormal dibandingkan studi tentang gangguan mental (atau
psikologis). Perilaku yang dianggap normal pada satu budaya mungkin dianggap
abnormal pada budaya lain, seperti halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu
yangsebenarnya tidak ada) merupakan suatu pengalaman yang biasa diantara
masyarakat Aborigin Australia, namun umumnya dianggap sebagai suatu tanda
abnormalitas dalam budaya kita. [5] Sedangkan
pengertian psikologi abnormal yang dikemukakan oleh beberapa sumber yaitu
sebagai berikut:
1. Menurut
Singgih Dirgagusana (1999: 140)
mendefinisikan psikologi abnormal sebagai lapangan psikologi yang berhubungan
dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi
kejiwaan.
2. Menurut
Kartini Kartono (2000: 25),
psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala
bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.
3. Sedangkan
pengertian psikologi abnormal di Ensiklopedia
Bebas Wikipedia (2009), menyatakan “abnormal
psychology is an academic and applied subfield to psychology involving the
scientific study of abnormal experience and behavior (as in neuroses, psyhoses
and mental retardation ) or with certain incompletely uderstood states (as
dreams and hypnotis) in order to understand and change Abnormal patterns of
functioning”.[6]
Dari
beberapa definisi diatas yang dikemukakan dengan kalimat yang berbeda tersebut,
dapat diidentifikan pokok-pokok pengertian psikologi abnormal sebagai berikut:
1.
Psikologi abnormal merupakan salah satu
cabang dari psikologi/psikologi khusus.
2.
Yang dibahas dalam psikoloi abnormal
adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa, baik yang menyangkut isi
(mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenal faktor penyebab,
manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).[7]
SEJARAH PERILAKU ABNORMAL
Sebelum abad
pendekatan ilmiah, seluruh perwujudan kekuatan baik dan buruk yang berada di
luar kendali manusia gerhana, gempa bumi, badai, kebakaran, penyakit serius
yang melumpuhkan. Perilaku yang tampaknya berada di luar kendali individu di
interpretasi secara sama.[8]
Sepanjang sejarah, keyakinan akan kekuatan supranatural,
setan dan roh jahat telah sangat mendominasi.
Pada masa yang lebih modern, pandangan dunia yang dominan walaupun tidak
berarti universal telah berganti pada keyakinan ilmu dan nalar (reason). Dalam budaya kita, perilaku abnormal telah
dipandang sebagai produk dari faktor fisik dan psikososial, bukan akibat
kerasukan setan.[9]
A. Masa Demonologi
Awal
Dematologi
merupakan sebuah doktrin bahwa wujud yang jahat, seperti setan, mungkin
merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya. Sejalan dengan kepercayaan bahwa perilaku
abnormal disebabkan oleh kerasukan ruh jahat, penanganannya sering kali
mencakup eksorsisme, yaitu pengusiran ruh jahat dengan mantera atau siksaan
ritualistik. Eksoesisme
umumnya berbentuk serangkaian doa yang rinci, menciptakan suara bising, memaksa
orang yang kerasukan untuk minum ramuan yang rasanya tidak enak, dan kadangkala
tindakan yang lebih ekstrem seperti pemukulan atau dibuat kelaparan, agar tubuh
tidak enak mengenakan untuk ditempati ruh jahat, contoh dari Demonologi awal
ini saat Kristus diriwayatkan menyembuhkan seorang pria yang jiwanya tidak
bersih dengan mengeluarkan ruh jahat dari tubuhnya dan melemparkan mereka ke
sekawanan (Markus 5:8-13).[10]
A.
Masa
Somatogenesis
Dokter zaman yunani kuno, Hippocrates
menganggap perilaku abnormal sebagai penyakit otak. Pada abad ke-5 sebelum
masehi, Hippocrates dianggap sebagai bapak ilmu kedokteran modern, yang
memisahkan ilmu kedokteran dariagama sihir, dan takhyul dan dia juga menolak
kepercayaan yunani yang diyakini pada manusia bahewa para dewa memberikan
penyakit fisik berat dan gangguan mental sebagai hukuman dan alih-alih
menegaskan bahwa penyakit itu memiliki sebab alami sehingga harus ditangani
seperti penyakit lain, seperti demam dan sembelit.
Hippocrates merupakan pelopor pertama
somatogenesis, ini adalah suatu istilah yang merujuk bahwa masalah yang terjadi
pada soma atau tubuh fisik, akan mengganggu pikiran dan tindakan. Psikogenesis
adalah kepercayaan bahwa suatu gangguan berawal mula dari faktor psikologis.
Menurut Hipocrates, penyakit jiwa disebabkan karena gangguan
(kelainan) pada jasmani. Otak sebagai organ kesadaran berisi kehidupan intelek
dan intuisi sehingga kalau perilaku (pikiran) seseorang menyimpang, berarti ada
patologi di otak.
Hipocrates mengklasifikasikan gangguan
mental menjadi tiga golongan, Yaitu mania, melancholia, phlegmatic.
Hipocrates juga menyatakan bahwa fungsi otak yang normal serta kesehatan mental
bergantung pada keseimbangan empat cairan tubuh:
1.
Darah, jika tidak seimbang
akan menyebabkan tempramen mudah berubah.
2.
Empedu Hitam, jika tidak
seimbang akan menyebabkan melancholia.
3.
Empedu Kuning, jika tidak
seimbang akan menyebabkan cemas dan mudah tersinggung.
4.
Phlegma atau lendir, jika
tidak seimbang akan menyebabkan seseorang menjadi lambat dan bodoh.
C. Masa Orang
Sakit Jiwa Dianggap Sebagai Tukang Sihir
Pada abad ke 13 di Eropa sedang berjangkit
wabah dan masyarakat mencari kambing hitam yaitu “tukang sihir” sebagai
penyebabnya sehingga mereka dianiaya bahkan dibunuh.
D. Masa
Perkembangan Asylum
Di Eropa sebelum abad ke 19, berjangkit
wabah lepra. Penderita lepra ditempatkan di “leprosium”[11],
setelah wabah berhenti, tempat tersebut menjadi kosong lalu diubah menjadi
“asylum”, yaitu rumah penampungan penderita sakit jiwa.
Benjamin Rush (1745-1813). Bapak psikiater Amerika ini menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan
terlalu banyak darah, maka secara periodik darah penderita “di kop”[12].
E. Masa Moral
Treatment
Ditandai oleh perlakuan yang lebih moralis
atau humanistik terhadap penderita gangguan jiwa.
Philippe Pinel (1745-1826), adalah tokoh dalam gerakan perlakuan yang manusiawi terhadap pasien
penyakit jiwa di asylum saat revolusi Perancis. Pinel membuka rantai-rantai
besi pasien di Rumah Sakit Jiwa La Bicerte (asylum besar di Paris).
William Tuke (1732-1822), Mendirikan Rumah Sakit Jiwa York Retreat di Inggris. Ia memberikan
suasana sepi, religius, memberikan pekerjaan di kebun, istirahat dan
bercakap-cakap dengan perawat kepada pasien jiwa.
F. Masa
Mulainya Pemikiran Baru
Somatogenesis Wilhelm Griessinger, Seorang dokter Jerman yang menyatakan
bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh sebab fisik, sesuai pandangan Somatogenesi
Hippocrates.
Emil Kraeplin, Pada tahun 1883, Ia membuat
klasifikasi tentang sifat-sifat organik dari gangguan jiwa. Menurutnya, pada
penyakit jiwa ada kecenderungan sekelompok simptom. Setiap penyakit jiwa
berbeda satu sama lain dalam hal asal usul, simptom, perjalanan penyakit dan akibatnya.
Kraeplin
membagi dua golongan besar penyakit jiwa:
1. Dementia Praecox atau
schizophrenia karena ketidakseimbangan kimia
2. Psikosis
Manik Depresif karena ketidakseimbangan metabolisme.
Psikogenesis, di Eropa Barat, terutama Perancis dan Austria pada akhir abad 18-19,
gangguan jiwa dianggap karena kerusakan fungsi psikologis dan waktu itu di
Eropa banyak gangguan histerical atau histeria (sekarang disebut gangguan
konversi). Mereka menderita ketidakmampuan fisik seperti buta atau lumpuh tanpa
sebab kerusakan anatomis.
Anton Mezmer, Seorang dokter Austria yang berpendapat bahwa
gangguan histeria disebabkan distribusi cairan magnetisme binatang dalam tubuh.
Marti
Charcot, Seorang neurolog Prancis
menyatakan bahwa histeria disebabkan oleh psikologis.
Joseph Breur, Seorang dokter Vienna menghipnotis orang yang terkena histeria serta
membiarkan pasien melakukan katarsis[13].
MACAM-MACAM
KEPRIBADIAN ABNORMAL
1. Psikopat
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial
yaitu yang tidak mempedulikan norma – norma sosial .
2.
Kelainan Sexsual
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :
A.
Kelainan pada obyek Cara seseorang memuaskan dorongan sexualnya normal, tetapi
obyek yang dijadikan sasaran pemuasan lain dari biasanya.
1. Homosex :Ketertarikan
melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( pria )
2. Lesbian:Ketertarikan melakukan hubungan seks
dengan sesama jenis (wanita )
3. Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh
3. Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh
4. Fetisisme : Obyek pemuasan
seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam, rambut.
5. Nekrofilia : Obyek pemuasan
seksual adalah dengan mayat
6. Bestiality : Obyek pemuasan
seksual adalah dengan binatang
7. Gerontoseksualitas : Obyek
pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia lanjut
8. Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang
tidak diperbolehkan melakukan pernikahan.
B. Kelainan
pada cara Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang
tidak biasa, contoh :
a. Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya
kepada orang lain yang tidak dikenalnya
b. Voyeuris
:Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan
psikologis obyek seksualnya
c. Masokisme
: Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri
d. Frottage :
Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui oleh
korbannya
3.
Psikoneurosis
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan
secara tidak sadar dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :
a. Fugue : Bentuk gangguan
mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan rumah karena
amnesia
b. Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu
perbuatan
c. Multiple personality :
Kepribadian ganda
d. Fobia :
Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak
ada alasan untuk takut
e. Obsesi : Ide kuat yang
bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang serta sering
irasional
f. Histeria : Gangguan mental
yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis, emosional dan reaksi
berlebihan
g. Hipokondria : Kondisi
kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis tentang
kesehatan sendiri
4.
Psikosis
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena
seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak
dapat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang di sekitarnya. Jenis–jenis
Psikosis antara lian :
1.
Psikosis Fungsional
a. Skizophrenia : Terjadi perpecahan kepribadian, antara pikiran, perasaan
dan perbuatan berjalan sendiri-sendiri
Contoh : Seseorang bercerita tentang anaknya yang meninggal terlindasn kereta api (pikiran) sambil tertawa (perasaan) dan menari-nari
(perbuatan)
b. Paranoid : Sering merasa
cemburu, curiga, dendam, iri hati kepada orang lain yang sifatnya irasional
c. Psikosis manis depresif :
Gangguan mental serius yang ditandai dengan perubahan emosi sepertin menjadi sangat gembira dan tidak lama kemudian menjadi sangat sedih.
2.
Psikosis Organik
Faktor penyebabnya adalah kelainan pada tubuh atau fungsi anggota tubuh.
Contoh: karena usia tua terjadi penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan
individu tersebut sering marah.[14]
B.
PENGERTIAN PSIKOLOGI ABNORMAL
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
1.
Kesehatan Mental dalam Islam
Menurut Mujid (2006) kesehatan mental adalah
pola-pola yang berisi pola negatif dan pola positif. Pola positif atau Ijabiy
adalah kesehatan mental dimana individu memiliki kemampuan dalam penyesuaian
terhadap dirisendiri dan lingkungan sosial dan pola negatif atau salaby adalah kesehatan mental yang dimiliki
individu karena terhindar dari neurosis dan psikosis.
Psikopatologi dalam Islam
Psikopatologi
menurut Islam adalah gangguan
kepribadian yang ditunjukan sebagai perilaku yang berdosa dan merupakan
penyakit hati yang dapat mengganggu realisasi dan aktualisasi diri seseorang
yang disebabkan oleh kesucian
qolbu manusia hilang, karena qalbu
menjadi pusat kepribadian manusia. Selain itu, psikopatologi bersumber dari
dosa (guilty feeling) dan perilaku
maksiat. Dalam Islam psikopatologi ini
dikenal dengan istilah penyakit hati.[15]
Mujib ( 2006 )
membagi psikopatologi dalam dua katagori berdasarkan sifatnya yaitu :
A.
Bersifat duniawi.
Macam-macam
psikopatologi dalam kategori ini berupa gejala-gejala atau penyakit kejiwaan
yang telah dirumuskan dalam psikologi kontemporer. Adapun beberapa perspektif
yakni :
a. Perspektif Biologi
Gangguan
fisik seperti gangguan otak dan gangguan sistem syaraf otonom menyebabkan
gangguan mental seseorang. Gangguan tersebut bersifat genetic atau diturunkan
dari generasi ke generasi dan proses
kimiawi saraf yang tidak dapat berjalan normal karena syaraf adalah organ
paling penting dalam tubuh manusia.
b. Perspektif Psikoanalisa
Gangguan
mental disebabkan oleh konflik bawah
sadar yang biasanya berawal dari 5 fase masa kanak-kanak awal dan pemakaian
mekanisme pertahanan untuk mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh impuls dan
emosi yang direpresi.
c. Behavior
Perspektif
Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku abnormal dapat berkembang melalui respon
yang dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya yang dipelajari,
melalui classical conditioning, operant conditioning, atau modeling.
Para behavioris lebih memperhatikan perilaku
abnormal hasil dari perilaku yang bertahan disebabkan berbagai kejadian hadiah
dan hukuman yang mendorong pola respon yang bermasalah.
d. Kognitif
kognitif
berfokus pada bagaimana manusia menyusun berbagai pengalaman mereka, bagaimana
mereka membuat pengalaman-pengalaman tersebut menjadi masuk akal, dan bagaimana
mereka menghubungkan pengalaman masa kini dengan berbagai pengalaman masa lalu
yang disimpan dalam memori. Perspektif ini menganggap perilaku abnormal
disebabkan oleh serangkaian kognitif tertentu atau skema tertentu dan
interpretasi irasional terhadap suatu pengalaman.
B.
Bersifat ukhrawi
Psikopatologi
akibat penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral, spiritual dan
agama. Adapun sifat – sifat psikopatologi dalam aspek ukhrowi yaitu :
a.
Qalbu Hayyah
Gangguan
kepribadian yang berhubungan dengan akidah atau dengan Tuhan, seperti
menyekutukan Allah atau syirik mengingkari, berbuat dosa, nifaq, pamer, dan menuruti bisikan syetan.
b.
Mayyit
Gangguan
kepribadian yang berhubungan dengan kemanusiaan seperti iri hati, dengki, buruk
sangka, marah, benci, penakut, pelit, menipu, mengolok-olok, menyakiti,
memfitnah, menceritakan keburukan orang lain, rakus, adu domba, putus asa,
menganiaya, boros dan materialism
c.
Marid
Gangguan
kepribadian yang berkaitan dengan pemanfaatan alam semesta sebagai realisasi
tugas-tugas kekhilafan seperti membuat kerusakan.
Berdasarkan
tiga sifat maka dapat digolongkan 16 macam patologis menurut Islam,
yakni, Syirik, kufur, nifaq, riya’, marah, lupa atau gaflah atau nisyan,
was-was, putus asa, rakus, ghurur, membanggakan diri (ujub) dan sombong
(takabbur), iri hati dan dengki, menceritakan keburukan orang lain (ghibah) dan mengadu domba (namimah), cinta
dunia, pelitdan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan harta, memiliki
keinginan yang tak mungkin terjadi (tamanni), dan picik serta penakut
(al-ujbn).
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU ABNORMAL
A.
Faktor penyebab Perilaku Abnormal dalam Perspektif
Umum
Penyebab utama terjadinya perilaku
abnormal yaitu sebagai berikut:
1. Penyebab
Biologis, yaitu yang meliputi:
·
Warisan genetik
·
Kondisi medis
·
Kerusakan otak, dan
·
Paparan stimulus dari lingkungan
2. Penyebab
Psikologis, yaitu yang meliputi:
·
Pengalaman traumatis
·
Asosiasi yang dipelajari
·
Persepsi yang terdistorsi, dan
·
Cara berfikir yang salah.
3. Penyebab
Sosiokultural, yaitu yang meliputi:
·
Gangguan dalam hubungan asmara
·
Masalah dalam hubungan yang luas
·
Huru-hara politik atau sosial, dan
·
Diskriminasi terhadap kelompok sosial
seseorang.[16]
B.
Faktor
Penyebab Perilaku Abnormal dalam Perspektif Islam
Ada dua
faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, yaitu faktor intern dan ekstern.
A. Faktor intern
Faktor
intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti keimanan,
ketakwaan, sikap menghadapi problema hidup, keseimbangan dalam berfikir,
kondisi kejiwaan seseorang dan sebagainya. Seseorang yang memiliki keimanan dan
ketakwaan yang tinggi, dalam hal ini akan dapat memperoleh ketenangan dan ketentraman
batin dalam hidupnya. Apabila ia menghadapi suatu problematika hidup, ia
menghadapinya dengan sabar dan tidak mudah putus asa karena sebenarnya dalam
diri manusia yang beriman, tidak terjadi putus asa atau “reaksireaksi
kompensasi” dan “mekanisme pertahanan diri” yang sifatnya merugikan
Sikap seseorang dalam menghadapi
problematika hidup, juga berpengaruh terhadap kesehatan mental. Menurut para
ahli ilmu jiwa, sikap dan cara orang menghadapi kesukaran itu berbeda-beda
antara satu dengan yang lain, sesuai dengan kepribadian dan kepercayaan
terhadap lingkungannya. Jika masalah ini ditinjau dari segi agama, maka akan
kita dapati perbedaan antara orang yang beragama dan orang yang tidak beragama.
Bagi orang yang beragama, kesukaran atau
bahaya sebesar apapun yang harus dihadapinya, dia akan waras dan sabar, karena
dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan bagian dari cobaan Allah
terhadap hamba-Nya yang beriman. Dia tidak memandang setiap kesukaran dan
ancaman terhadap dirinya dengan cara yang negatif, tetapi sebaliknya melihat
bahwa di celah-celah kesukaran itu terdapat harapan-harapan. Dia tidak akan
menyalahkan orang lain atau mencari sebab-sebab negatif pada orang lain
Jadi, penghayatan dan pengamalan agama
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Karena
dengan menghayati dan mengamalkan agama dengan sungguh-sungguh, maka keimanan
dan ketakwaan akan diraih. Dengan beriman dan bertakwa, manusia mampu bersikap
tenang dan sabar dalam menghadapi problema hidup dan mampu berfikir secara
seimbang serta kondisi kejiwaannya penuh dengan ketentraman dan kedamaian
karena selalu mengingat Allah. Maka dari itu, orang yang menyikapi penderitaan
yang dialaminya dengan sabar dan menyadari bahwa di balik penderitaan terdapat
hikmah, dapat digolongkan sebagai orang yang sehat mentalnya. Sebaliknya, orang
yang menyikapi penderitaannya dengan keluhan dan kekecewaan merupakan orang
yang mengalami gangguan mental.
Menurut Ustman Najati, mengingat Allah yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah ingat kepada Allah yang dapat menimbulkan
perasaan tenteram dan tenang. Di dalam jiwanya tidak ada perasaan bersalah. Ini
merupakan terapi bagi kegelisahan yang dirasakan manusia ketika ia merasa lemah
dan tidak punya penyangga serta penolong dalam menghadapi berbagai tekanan dan
masalah kehidupan.
B. Faktor
Ekstern
Faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti keadaan
ekonomi, kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun
lingkungan pendidikan dan sebagainya.
Sebenarnya
faktor intern itu lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan faktor ekstern.
Hal ini sesuai dengan pendapat Daradjat
(1982: 15), bahwa sesungguhnya ketenangan hidup, ketenangan jiwa atau
kebahagiaan batin itu tergantung dari faktor ekonomi, adat kebiasaan dan
sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi
faktor-faktor tersebut.[17]
MODEL
REHABILITASI ATAU RESOSIALISASI PERILAKU ABNORMAL
A. Perspektif Umum
Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat
bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi
biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan
perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif, prosedur pembedahan dan psikofarmakologi.
1. Kemoterapi (Chemotherapy)
Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
2. Elektrokonvulsif ( Electroconvulsive)
Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
3. Psychosurgery
Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area hipotalamus tertentu.
Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.[18]
1. Kemoterapi (Chemotherapy)
Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
2. Elektrokonvulsif ( Electroconvulsive)
Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
3. Psychosurgery
Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area hipotalamus tertentu.
Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.[18]
4. Psikofarmakologi
Psikofarmakologi yaitu penggunaan
obat-obatan untuk menangani gangguan psikologis. Ada banayak obat psikotropika,
substansi kimia yang memengaruhi keadaan psikologis yang sebagian mengakibatkan
perubahan cepat dalam pemikiran, suasana perasaan, dan perilaku.[19]
B.
Perspektif
Islam
Menurut Mujid (2006 ) Ada tiga pola yang dikembangkan untuk mengungkap
metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental, yakni :
A. Metode Imaniah
Iman
adalah kepercayaan sehingga individu yang beriman adalah individu yang merasa tenang dan sikapnya
penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup. Dengan iman, seseorang memiliki
tempat untuk berkeluh kesah dan tempat memohon apabila ia menghadami
permasalahan hidup, baik yang berkaitan dengan perilaku fisik maupun psikis.
Ketika seseorang telah mengerahkan daya upayanya secara maksimal untuk mencapai
satu tujuan, namun tetap mengalami kegagalan, tidak berarti kemudian ia putus
asa atau bunuh diri. Keimanan akan mengarahkan seseorang untuk mengevaluasi
kinerjanya maksimal atau belum dalam pemecahan masalah berdasarkan cara – cara
yang berada dalam Al – Qur’an dan al – Hadist akan tetapi jika individu menemui
kegagalan, hal yang perlu diperhatikan adalah hikmah dibalik kegagalan tersebut
dengan percaya bahwa Allah menguji kualitas keimanannya melalui kegagalan atau
agar ia tidak sombong dan angkuh ketika
memperoleh kesuksesan.
B. Metode Islamiah
Islam memiliki tiga makna yaitu
penyerahan dan ketundukan atau al silm, perdamaian dan keamanan atau al-salm, dan keselamatan atau al salamah. Realisasi metode Islamah dapat
membentuk kepribadian muslim yang
mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam
setiap kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi terciptanya
kesehatan mental.
C. Metode
Ihsaniah
Ihsan
adalah baik.Individu yang baik
atau muhsin
adalah Individu yang mengetahui akan hal-hal baik, mengaplikasikan dengan
prosedur yang baik, dan dilakukan dengan niatan baik pula. Metode ini apabila dilakukan dengan benar
akan membentuk kepribadian muhsin
yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi :
a. Al-bidayah
Tahapan ini
disebut juga tahapan takhalli. Takhalli adalah mengurangi diri dari segala
sifat-sifat kotor , tercela, dan maksiat.
b. Al-mujahadat
Pada tahapan
ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat,
kemudian ia berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik. Tahapan ini
disebut juga tahalli .
c. Al-muziqat
Pada tahapan ini, seorang hamba tidak sekadar
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT , namun ia merasa kedekatan, kerinduan, dengan Allah. Tahapan ini disebut Tajalli. Tajalli
adalah menampakkan sifat sifat Allah SWT atau Al – Maul Husna pada diri
manusia.[20]
Selain dari metode-metode yang disebutkan diatas ada lagi satu bentuk
atau cara untuk merehabilitasi perilaku abnormal tersebut yang sangat tidak
asing lagi didengar yaitu Psikoterapi Islam.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah lebih
spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori, yaitu tabiiyyah dan syariyyah. Psikoterapi
tabiiyyah adalah pengobatan secara
psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh
penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti perasaan kecemasan, kegelisahan,
kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya.
Psikoterapi syariyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit
yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya
dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya. Sebab
dapat merusak qalbu seseorang, seperti penyakit yang ditimbulkan dari
kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan
penanaman syariah yang datangnya dari Tuhan.
Muhammad Mahmud Mahmud, seorang
psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi islam dalam dua kategori, yaitu
pertama bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan
setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata, yang kedua yaitu bersifat
ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral/ spiritual, dan agama.
Model psikoterapi yang pertama lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan
pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi
manusia, seperti neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia, Manic
depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya.[21]
Psikoterapi dalam islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik
yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit manusia-manusia modern adalah
sebagai berikut:
1.
Membaca
Al-Qur’an
Al-Qur’an dianggap
sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya memuat resep-resep
mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia.
2.
Shalat
Terapi yang
kedua adalah shalat diwaktu malam. Shalat yang dimaksudkan disini bukan berarti
shalat wajib dengan mengakhirkan shalat isya, namun yang dimaksudkan adalah
shalat sunnah seperti shalat tahajjud, hajat, muthlak, tasbih, tarawih (khusus
bulan ramadhan), dan witir. Peranan shalat sendiri menurut Ancok (2004) ada empat aspek terapeutik yang terdapat dalam
shalat, yaitu aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto sugesti, dan aspek
kebersamaan.
3.
Bergaul
dengan Orang Shalih
Orang yang
shalih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu
mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi
kehidupan. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang yang shalih berarti ia
dapat berbagi rasa dan berbagi pengalaman. Nasihat-nasihat orang shalih akan
dapat memberikan terapi bagi kelainan atau penyakit mental seseorang.
4.
Puasa
Puasa dapat
menyembuhkan gangguan jiwa, sebagaimana yang dilakukan oleh Nicolayev, seorang guru besar yang
bekerja pada lembaga psikiatri moskow mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan
dengan berpuasa. Dalam usahanya itu ia menterapi pasien sakit jiwa dengan
menggunakan puasa selama 30 hari dan ternyata pasiennya sembuh dan bahkan selain
itu kemungkinan pasien untuk tidak kambuh kembali setelah 6 tahun kemudian
ternyata sangat tinggi (Ancok, 2004).
5.
Dzikir
Dzikir dapat
mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas dzikir mendorong
sesorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalm
hatinya. Dzikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan
menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga dzikir mampu memberi
sugesti penyembuhannya.
6.
Terapi Do’a
Do’a adalah
harapan dan permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa
yang dideritanya hilang. Allah SWT yang membuat penyakit dan Dia pula yang
memberikan kesembuhan (QS. Al-Syuara:80). Do’a dan munajah banyak didapat dalam
setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas
sehari-hari.[22]
DAFTAR
PUSTAKA
Nevid, Jeffrey S dkk.2005.Psikologi Abnormal.1.Jakarta: Erlangga.
Kuntjojo.2009.Psikologi
Abnormal.Kediri: Bursa Media.
Davsion, Gerald C.2012.Psikologi Abnormal.9.2012.Depok: Raja Grafindo Persada.
Halgis, Richard P dkk.2012Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis.6. jilid1.Jakarta:
Salemba Humanika.
Oltmanns, Thomas F.2013.Psikologi Abnormal.7 jilid 1.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujib, Abdul.2006.Kepribadian dalam Psikologi Islam.Jakarta: Raja Grafindo.
Mujib, Abdul dkk.2002.Nuansa-nuansa Psikologi Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tristiadi, Ardiani Ardi.2011.Psikologi Abnormal.Bandung: Lubuk Agung.
Dirgagunarsa, Singgih.1999.Pengantar Psikologi.Jakarta: Mutiara.
Kartini Kartono.2000.Psikologi Abnormal.Bandung: Mandar Maju.
Rahayu, Iin Tri.2009.Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer. Malang:
Sukses Offset.
http://image.slidesharecdn.com/uraianmateri1-141204005620-conversion-gate02/95/perilaku-abnormal-1-638.jpg?cb=1417654639
Diakses pada 03 Desember 2015 pukul 10.43
http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php%3Fid%3D3417 diakses pada tanggal 06 Desember 2015 pukul 11.59
http://image.slidesharecdn.com/uraianmateri1-141204005620-conversion-gate02/95/perilaku-abnormal-2-638.jpg?cb=1417654639
diakses pada 03 Desember 2015 pukul 10.45
http://image.slidesharecdn.com/uraianmateri1-141204005620-conversion-gate02/95/perilaku-abnormal-11-638.jpg?cb=1417654639
diakses pada 03 Desember 2015 pukul 10.49
http://ahmadroihan8.blogspot.co.id/2013/09/30-definisi-psikologi-menurut-para-ahli.html diakses pada
tanggal 02 Desember 2015 pukul 14.10
http://mshohib.staff.umm.ac.id/files/2010/03/KESEHATAN-MENTAL-DALAM-PERSPEKTIF-ISLAM.pptx Diakses pada
tanggal 06 Desember 2015 pukul 10.58
http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php%3Fid%3D3417 diakses pada tanggal 06 Desember 2015 pukul 11.59
[1] Tim
bakti Husada, Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi
Keperawatan, hlm.2
[2]
http://www.scribd.com/doc/34873082/2/A-PENGERTIAN -PSIKOLOGI-ABNORMAL, Diakses pada
tanggal 02 Desember 2015 Pukul 14.16 WIB
[3] Tim
Bakti Husada, Modul Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan, hlm.2-3
[4]
Psikopatologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari prose, penyebab, dan
perkembangan gangguan mental.
[5] Nevid,
Jeffrey S dkk, Psikologi Abnormal.1, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm.4
[6]
http://www.En.wikipedia. org/wiki/psychosis, Diakses pada 03 Desember 2015 Pukul 10.45 WIB.
[7]
Kuntjojo, Psikologi Abnormal, (Kediri:
Bursa media,2009), hlm.2-4
[8] Davsion,
Gerald C, Psikologi A bnormal.9, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.5
[9] Nevid,
Jeffrey S. dkk, Psikologi Abnormal.Edisi
5 jilid1 , (Jakarta: Erlangga, 2002)
[10]
Davsion, Gerald C, Psikologi Abnormal.9, (Depok:
Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.5
[11] Sebuah
rumah sakit lepra.
[12] Di kop
ialah mengeluarkan darah dengan cara menyungkupkan mangkuk yang dipanaskan
(dengan meletakkan pada bagian tubuh, biasanya dikepala yang akan disedot
darahnya membekam).
[13]
Pembebasan atau pengekspresian perasaan-perasaan secara bebas.
[14] http://faramadina.blogspot.co.id/2012/04/abnormalitas.html,
diakses pada tanggal 02 Desember 2015 pukul 15.49
[15] http://ahmadroihan8.blogspot.co.id/2013/09/30-definisi-psikologi-menurut-para-ahli.html
diakses pada tanggal 02Desember 2015
pukul 14.10
[16] Halgis,
Richard P, dkk, Psikologi AbnormalPerspektif Klinis pada Gangguan Psikologis.1,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm.12
[18] http://jainiyubmee.blogspot.com/2011/04/makalah-perilaku-abnormal.html,
diakses pada 02 Desember 2015 pukul 15.23
[19]Oltmanns,
Thomas F, Psikologi Abnormal.7 jilid 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
hlm.74-75.
[20] Mujib,
Abdul, Kepribadian dalam Psikologi Islam,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2006).
[21] Rahayu,
Iin Tri, Psikoterapi Perspektif Islam dan
Psikologi Kontemporer, (Malang: Sukses Offset, 2009), hlm.213-214.
[22] Rahayu,
Iin Tri, Psikoterapi Perspektif Islam dan
Psikologi Kontemporer, (Malang: Sukses Offset, 2009), hlm.220-265.
Silahkan berkomentar dengan sopan dan beradab :D
ConversionConversion EmoticonEmoticon