Psikologi Abnormal



PSIKOLOGI ABNORMAL DALAM PERSPEKTIF UMUM
DAN STUDI ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah : Pengantar Psikologi
Dosen pengampu : Muhsin Khalida, M.A.









Disusun Oleh :
NAMA : ENDANG SANTIKA
NIM : 15220048


BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI  SUNAN KALIJAGA
2016

A.   Pengertian Psikologi Abnormal  dalam  Perspektif Umum
Sebelum membicarakan perilaku abnormal, kita coba membahas tentang perilaku normal , sehingga kita memiliki gambaran bagaimana dan seperti apa perilaku abnormal itu.
Menurut Kartini Kartono, perilaku normal adalah perilaku yang  adekuat (serasi dan tepat), yang bisa diterima masyarakat pada umumnya . Sedangkan yang dimaksud dengn perilaku pribadi normal adalah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada, sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan interaksi sosial yang memuaskan. [1]
Sehat mental ialah sikap positif terhadap diri sendiri baik seperti penerimaan diri, identitas adekuat, dan penilaian realistik. Persepsi atas realitas terhadap diri dengan lingkungan integrasi seperti keutuhan pribadi , bebas inner confict,dan toleransi terhadap stres (Coleman, dkk1980).

Pengertian keadaan normal secara konseptual :
1.       Sehat adalah keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya atau keadaan lemah tertentu ( World Health Organization-WHO)
2.       Karl Meninger, seorang psikiater, memberikan rumusan sebagai berikut
“Kesehatan mental adalah penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi atau hanya perasaan puas atau keluawesan dalam mematuhi aturan permainan dengan riang hati. Kesehatan mental mencakup itu semua. Kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain dan sikap hidup yang bahagia”.
3.       H.B. English, seorang psikolog, memberikan rumusan sebagai berikut :
“Kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap dimana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami aktualisasi diri. Kesehatan mental merupakan keadaan positif bukan sekedar absennya gangguan mental”
4.       W.W. Boehm, seorang pekerja sosial, memberikan suatu pengertian “Kesehatan mental meliputi suatu keadaan dan taraf  keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan”

Dari keempat rumusan tersebut menekankan normalitas sebagai keadaan sehat yang secara umum ditandai dengan keefektifan dan penyesuaian diri yaitu menjalankan kewajiban serta tuntutan hidup sehari-hari sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia.[2]
    Jahoda, 1980 menyebutkan ciri-ciri kesehatan mental atau perilaku normal itu dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
1.      Memiliki sikap batin (Attidude) yang positif terhadap dirinya sendiri.
2.      Aktualisasi diri.
3.      Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis ada.
4.      Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri).
5.      Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6.      Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.

     Setelah membahas perilaku yang normal, sekarang kita akan membahas bagaimana perilaku yang abnormal.
     Perilaku pribadi abnormal adalah perilaku yang menyimpang jauh dari perilaku normal atau berbeda dari keadaan integrasi ideal.[3] Menurut Atkinson R.L. dkk perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1.      Secara statistic, dikatakan perilaku abnormal jika secara statistic jarang ataumenyimpang dari normal, jadi tidak sesuai dengan perilaku masyarakat umumnya.
2.      Maladaptive, perilaku dianggap abnormal jika bersifat maladaptive dan memiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat.
3.      Menyimpang dari norma social, perilaku yang menyimpang secara jelas dari standar atau norma dalam masyarakat.
4.      Distress pribadi, adanya perasaan distress subyektif individu.
                              
     Dengan demikian, kita dapat menilai suatu perilaku abnormal atau tidak, bisa dikaji secara statistic,daya adaptasi, penyimpangan dari norma social atau subyektif individunya.
Seadangkan 4 kategori dasar indikasi tingkah laku abnormal (Maher, 1985) yaitu:
1.      Tingkah laku yang sangat merugikan diri sendiri atau sangat merugikan orang lain.
2.      Kontak realitas sangat rendah
3.      Reaksi emosional tidak tepat.
4.      Tingkah laku tidak dapat diprediksi.




Sedangkan bagaimana definisi Psikologi Abnormal itu sendiri?

Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga dengan psikopatologi.[4] Dalam bahasa inggris dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology. Psikologi Abnormal (abnormal psychology) merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi tentang gangguan mental (atau psikologis). Perilaku yang dianggap normal pada satu budaya mungkin dianggap abnormal pada budaya lain, seperti halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu yangsebenarnya tidak ada) merupakan suatu pengalaman yang biasa diantara masyarakat Aborigin Australia, namun umumnya dianggap sebagai suatu tanda abnormalitas dalam budaya kita. [5] Sedangkan pengertian psikologi abnormal yang dikemukakan oleh beberapa sumber yaitu sebagai berikut:
1.      Menurut Singgih Dirgagusana (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.
2.      Menurut Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.
3.      Sedangkan pengertian psikologi abnormal di Ensiklopedia Bebas Wikipedia (2009), menyatakan “abnormal psychology is an academic and applied subfield to psychology involving the scientific study of abnormal experience and behavior (as in neuroses, psyhoses and mental retardation ) or with certain incompletely uderstood states (as dreams and hypnotis) in order to understand and change Abnormal patterns of functioning”.[6]

Dari beberapa definisi diatas yang dikemukakan dengan kalimat yang berbeda tersebut, dapat diidentifikan pokok-pokok pengertian psikologi abnormal sebagai berikut:
1.      Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari psikologi/psikologi khusus.
2.      Yang dibahas dalam psikoloi abnormal adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa, baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenal faktor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).[7]


 SEJARAH PERILAKU ABNORMAL   
Sebelum abad pendekatan ilmiah, seluruh perwujudan kekuatan baik dan buruk yang berada di luar kendali manusia gerhana, gempa bumi, badai, kebakaran, penyakit serius yang melumpuhkan. Perilaku yang tampaknya berada di luar kendali individu di interpretasi secara sama.[8] Sepanjang sejarah, keyakinan akan kekuatan supranatural, setan dan roh jahat telah sangat mendominasi.  Pada masa yang lebih modern, pandangan dunia yang dominan walaupun tidak berarti universal telah berganti pada keyakinan ilmu dan nalar (reason). Dalam budaya kita, perilaku abnormal telah dipandang sebagai produk dari faktor fisik dan psikososial, bukan akibat kerasukan setan.[9]
A. Masa Demonologi Awal
      Dematologi merupakan sebuah doktrin bahwa wujud yang jahat, seperti setan, mungkin merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya.  Sejalan dengan kepercayaan bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kerasukan ruh jahat, penanganannya sering kali mencakup eksorsisme, yaitu pengusiran ruh jahat dengan mantera atau siksaan ritualistik. Eksoesisme umumnya berbentuk serangkaian doa yang rinci, menciptakan suara bising, memaksa orang yang kerasukan untuk minum ramuan yang rasanya tidak enak, dan kadangkala tindakan yang lebih ekstrem seperti pemukulan atau dibuat kelaparan, agar tubuh tidak enak mengenakan untuk ditempati ruh jahat, contoh dari Demonologi awal ini saat Kristus diriwayatkan menyembuhkan seorang pria yang jiwanya tidak bersih dengan mengeluarkan ruh jahat dari tubuhnya dan melemparkan mereka ke sekawanan (Markus 5:8-13).[10]
A.                Masa Somatogenesis

Dokter zaman yunani kuno, Hippocrates menganggap perilaku abnormal sebagai penyakit otak. Pada abad ke-5 sebelum masehi, Hippocrates dianggap sebagai bapak ilmu kedokteran modern, yang memisahkan ilmu kedokteran dariagama sihir, dan takhyul dan dia juga menolak kepercayaan yunani yang diyakini pada manusia bahewa para dewa memberikan penyakit fisik berat dan gangguan mental sebagai hukuman dan alih-alih menegaskan bahwa penyakit itu memiliki sebab alami sehingga harus ditangani seperti penyakit lain, seperti demam dan sembelit.


Hippocrates merupakan pelopor pertama somatogenesis, ini adalah suatu istilah yang merujuk bahwa masalah yang terjadi pada soma atau tubuh fisik, akan mengganggu pikiran dan tindakan. Psikogenesis adalah kepercayaan bahwa suatu gangguan berawal mula dari faktor psikologis.
Menurut Hipocrates, penyakit jiwa disebabkan karena gangguan (kelainan) pada jasmani. Otak sebagai organ kesadaran berisi kehidupan intelek dan intuisi sehingga kalau perilaku (pikiran) seseorang menyimpang, berarti ada patologi di otak.
Hipocrates mengklasifikasikan gangguan mental menjadi tiga golongan, Yaitu mania, melancholia, phlegmatic.
Hipocrates juga menyatakan bahwa fungsi otak yang normal serta kesehatan mental bergantung pada keseimbangan empat cairan tubuh:
1.      Darah, jika tidak seimbang akan menyebabkan tempramen mudah berubah.
2.      Empedu Hitam, jika tidak seimbang akan menyebabkan melancholia.
3.      Empedu Kuning, jika tidak seimbang akan menyebabkan cemas dan mudah tersinggung.
4.      Phlegma atau lendir, jika tidak seimbang akan menyebabkan seseorang menjadi lambat dan bodoh.

C. Masa Orang Sakit Jiwa Dianggap Sebagai Tukang Sihir
     Pada abad ke 13 di Eropa sedang berjangkit wabah dan masyarakat mencari kambing hitam yaitu “tukang sihir” sebagai penyebabnya sehingga mereka dianiaya bahkan dibunuh.

D. Masa Perkembangan Asylum
     Di Eropa sebelum abad ke 19, berjangkit wabah lepra. Penderita lepra ditempatkan di “leprosium”[11], setelah wabah berhenti, tempat tersebut menjadi kosong lalu diubah menjadi “asylum”, yaitu rumah penampungan penderita sakit jiwa.
Benjamin Rush (1745-1813). Bapak psikiater Amerika ini menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan terlalu banyak darah, maka secara periodik darah penderita “di kop”[12].





E. Masa Moral Treatment
     Ditandai oleh perlakuan yang lebih moralis atau humanistik terhadap penderita gangguan jiwa.
     Philippe Pinel (1745-1826), adalah tokoh dalam gerakan perlakuan yang manusiawi terhadap pasien penyakit jiwa di asylum saat revolusi Perancis. Pinel membuka rantai-rantai besi pasien di Rumah Sakit Jiwa La Bicerte (asylum besar di Paris).
     William Tuke (1732-1822), Mendirikan Rumah Sakit Jiwa York Retreat di Inggris. Ia memberikan suasana sepi, religius, memberikan pekerjaan di kebun, istirahat dan bercakap-cakap dengan perawat kepada pasien jiwa.

F. Masa Mulainya Pemikiran Baru
    Somatogenesis Wilhelm Griessinger, Seorang dokter Jerman yang menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh sebab fisik, sesuai pandangan Somatogenesi Hippocrates.
     Emil Kraeplin,  Pada tahun 1883, Ia membuat klasifikasi tentang sifat-sifat organik dari gangguan jiwa. Menurutnya, pada penyakit jiwa ada kecenderungan sekelompok simptom. Setiap penyakit jiwa berbeda satu sama lain dalam hal asal usul, simptom, perjalanan penyakit dan akibatnya.
Kraeplin membagi dua golongan besar penyakit jiwa:
1.   Dementia Praecox atau schizophrenia karena ketidakseimbangan kimia
2.   Psikosis Manik Depresif karena ketidakseimbangan metabolisme.
  Psikogenesis, di Eropa Barat, terutama Perancis dan Austria pada akhir abad 18-19, gangguan jiwa dianggap karena kerusakan fungsi psikologis dan waktu itu di Eropa banyak gangguan histerical atau histeria (sekarang disebut gangguan konversi). Mereka menderita ketidakmampuan fisik seperti buta atau lumpuh tanpa sebab kerusakan anatomis.
Anton Mezmer, Seorang dokter Austria yang berpendapat bahwa gangguan histeria disebabkan distribusi cairan magnetisme binatang dalam tubuh.
Marti Charcot, Seorang neurolog Prancis menyatakan bahwa histeria disebabkan oleh psikologis.
Joseph Breur, Seorang dokter Vienna menghipnotis orang yang terkena histeria serta membiarkan pasien melakukan katarsis[13].

 MACAM-MACAM KEPRIBADIAN ABNORMAL
1. Psikopat
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak mempedulikan norma – norma sosial .
2.   Kelainan Sexsual
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :
A.  Kelainan pada obyek Cara seseorang memuaskan dorongan sexualnya normal, tetapi obyek yang dijadikan sasaran pemuasan lain dari biasanya.
1.  Homosex :Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( pria )
2. Lesbian:Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis (wanita )
3.   Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh
4.   Fetisisme : Obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam, rambut.
5.   Nekrofilia : Obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat
6.   Bestiality : Obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang  
 7.  Gerontoseksualitas : Obyek pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia lanjut
8. Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan melakukan pernikahan.
B.   Kelainan pada cara Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak biasa, contoh :
  a.       Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya kepada orang lain yang tidak dikenalnya
  b.    Voyeuris :Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
         Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan psikologis obyek seksualnya
  c.    Masokisme : Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri
  d.    Frottage : Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui oleh korbannya
3.      Psikoneurosis
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :
 a.  Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan rumah karena amnesia
 b.  Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan
 c.   Multiple personality : Kepribadian ganda
 d.   Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak ada alasan untuk takut
 e.   Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang serta sering irasional
 f.   Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis, emosional dan reaksi berlebihan
 g.   Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis tentang kesehatan sendiri
4.      Psikosis
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang di sekitarnya. Jenis–jenis Psikosis antara lian :
1.       Psikosis Fungsional
   a.  Skizophrenia : Terjadi perpecahan kepribadian, antara pikiran, perasaan dan perbuatan berjalan sendiri-sendiri
Contoh : Seseorang bercerita tentang anaknya yang meninggal terlindasn kereta api (pikiran) sambil tertawa (perasaan) dan menari-nari (perbuatan)
   b. Paranoid : Sering merasa cemburu, curiga, dendam, iri hati kepada orang lain yang sifatnya irasional
   c. Psikosis manis depresif : Gangguan mental serius yang ditandai dengan perubahan emosi sepertin menjadi sangat gembira dan tidak lama kemudian menjadi sangat sedih.
2.      Psikosis Organik
Faktor penyebabnya adalah kelainan pada tubuh atau fungsi anggota tubuh. Contoh: karena usia tua terjadi penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan individu tersebut sering marah.[14]




B.   PENGERTIAN PSIKOLOGI ABNORMAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

1. Kesehatan Mental dalam Islam
Menurut Mujid (2006) kesehatan mental adalah pola-pola yang berisi pola negatif dan pola positif. Pola positif atau Ijabiy adalah kesehatan mental dimana individu memiliki kemampuan dalam penyesuaian terhadap dirisendiri dan lingkungan sosial dan pola negatif atau salaby  adalah kesehatan mental yang dimiliki individu karena terhindar dari neurosis dan psikosis.
        Psikopatologi dalam Islam
Psikopatologi menurut Islam  adalah gangguan kepribadian yang ditunjukan sebagai perilaku yang berdosa dan merupakan penyakit hati yang dapat mengganggu realisasi dan aktualisasi diri seseorang yang disebabkan oleh kesucian qolbu  manusia hilang, karena qalbu menjadi pusat kepribadian manusia. Selain itu, psikopatologi bersumber dari dosa (guilty feeling) dan perilaku maksiat.  Dalam Islam psikopatologi ini dikenal dengan istilah penyakit hati.[15]
Mujib ( 2006 )  membagi psikopatologi dalam dua katagori berdasarkan sifatnya yaitu :
A.    Bersifat duniawi.
Macam-macam psikopatologi dalam kategori ini berupa gejala-gejala atau penyakit kejiwaan yang telah dirumuskan dalam psikologi kontemporer. Adapun beberapa perspektif yakni :
a.   Perspektif Biologi
Gangguan fisik seperti gangguan otak dan gangguan sistem syaraf otonom menyebabkan gangguan mental seseorang. Gangguan tersebut bersifat genetic atau diturunkan dari generasi ke generasi  dan proses kimiawi saraf yang tidak dapat berjalan normal karena syaraf adalah organ paling penting dalam tubuh manusia.
b.  Perspektif Psikoanalisa
Gangguan mental  disebabkan oleh konflik bawah sadar yang biasanya berawal dari 5 fase masa kanak-kanak awal dan pemakaian mekanisme pertahanan untuk mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh impuls dan emosi yang direpresi.
c.  Behavior
Perspektif Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku abnormal dapat berkembang melalui respon yang dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya yang dipelajari, melalui classical conditioning, operant conditioning, atau modeling.
 Para behavioris lebih memperhatikan perilaku abnormal hasil dari perilaku yang bertahan disebabkan berbagai kejadian hadiah dan hukuman yang mendorong pola respon yang bermasalah.
d.  Kognitif
kognitif berfokus pada bagaimana manusia menyusun berbagai pengalaman mereka, bagaimana mereka membuat pengalaman-pengalaman tersebut menjadi masuk akal, dan bagaimana mereka menghubungkan pengalaman masa kini dengan berbagai pengalaman masa lalu yang disimpan dalam memori. Perspektif ini menganggap perilaku abnormal disebabkan oleh serangkaian kognitif tertentu atau skema tertentu dan interpretasi irasional terhadap suatu pengalaman.

B.     Bersifat ukhrawi
Psikopatologi akibat penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral, spiritual dan agama. Adapun sifat – sifat psikopatologi dalam aspek ukhrowi yaitu :
a.          Qalbu Hayyah
Gangguan kepribadian yang berhubungan dengan akidah atau dengan Tuhan, seperti menyekutukan Allah atau syirik mengingkari, berbuat dosa, nifaq, pamer, dan menuruti bisikan syetan.
b.         Mayyit
Gangguan kepribadian yang berhubungan dengan kemanusiaan seperti iri hati, dengki, buruk sangka, marah, benci, penakut, pelit, menipu, mengolok-olok, menyakiti, memfitnah, menceritakan keburukan orang lain, rakus, adu domba, putus asa, menganiaya, boros dan materialism
c.          Marid
Gangguan kepribadian yang berkaitan dengan pemanfaatan alam semesta sebagai realisasi tugas-tugas kekhilafan seperti membuat kerusakan.

Berdasarkan tiga sifat maka dapat digolongkan 16 macam patologis menurut Islam, yakni, Syirik, kufur, nifaq, riya’, marah, lupa atau gaflah atau nisyan, was-was, putus asa, rakus, ghurur, membanggakan diri (ujub) dan sombong (takabbur), iri hati dan dengki, menceritakan keburukan orang lain  (ghibah) dan mengadu domba (namimah), cinta dunia, pelitdan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan harta, memiliki keinginan yang tak mungkin terjadi (tamanni), dan picik serta penakut (al-ujbn).           




FAKTOR PENYEBAB PERILAKU ABNORMAL
A.      Faktor penyebab Perilaku Abnormal dalam Perspektif Umum

Penyebab utama terjadinya perilaku abnormal yaitu sebagai berikut:
1.      Penyebab Biologis, yaitu yang meliputi:
·         Warisan genetik
·         Kondisi medis
·         Kerusakan otak, dan
·         Paparan stimulus dari lingkungan
2.      Penyebab Psikologis, yaitu yang meliputi:
·         Pengalaman traumatis
·         Asosiasi yang dipelajari
·         Persepsi yang terdistorsi, dan
·         Cara berfikir yang salah.
3.      Penyebab Sosiokultural, yaitu yang meliputi:
·         Gangguan dalam hubungan asmara
·         Masalah dalam hubungan yang luas
·         Huru-hara politik atau sosial, dan
·         Diskriminasi terhadap kelompok sosial seseorang.[16]

B.      Faktor Penyebab Perilaku Abnormal dalam Perspektif Islam

Ada dua faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, yaitu faktor intern dan ekstern.
A. Faktor intern
     Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti keimanan, ketakwaan, sikap menghadapi problema hidup, keseimbangan dalam berfikir, kondisi kejiwaan seseorang dan sebagainya. Seseorang yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi, dalam hal ini akan dapat memperoleh ketenangan dan ketentraman batin dalam hidupnya. Apabila ia menghadapi suatu problematika hidup, ia menghadapinya dengan sabar dan tidak mudah putus asa karena sebenarnya dalam diri manusia yang beriman, tidak terjadi putus asa atau “reaksireaksi kompensasi” dan “mekanisme pertahanan diri” yang sifatnya merugikan
    Sikap seseorang dalam menghadapi problematika hidup, juga berpengaruh terhadap kesehatan mental. Menurut para ahli ilmu jiwa, sikap dan cara orang menghadapi kesukaran itu berbeda-beda antara satu dengan yang lain, sesuai dengan kepribadian dan kepercayaan terhadap lingkungannya. Jika masalah ini ditinjau dari segi agama, maka akan kita dapati perbedaan antara orang yang beragama dan orang yang tidak beragama.
 Bagi orang yang beragama, kesukaran atau bahaya sebesar apapun yang harus dihadapinya, dia akan waras dan sabar, karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan bagian dari cobaan Allah terhadap hamba-Nya yang beriman. Dia tidak memandang setiap kesukaran dan ancaman terhadap dirinya dengan cara yang negatif, tetapi sebaliknya melihat bahwa di celah-celah kesukaran itu terdapat harapan-harapan. Dia tidak akan menyalahkan orang lain atau mencari sebab-sebab negatif pada orang lain
     Jadi, penghayatan dan pengamalan agama merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Karena dengan menghayati dan mengamalkan agama dengan sungguh-sungguh, maka keimanan dan ketakwaan akan diraih. Dengan beriman dan bertakwa, manusia mampu bersikap tenang dan sabar dalam menghadapi problema hidup dan mampu berfikir secara seimbang serta kondisi kejiwaannya penuh dengan ketentraman dan kedamaian karena selalu mengingat Allah. Maka dari itu, orang yang menyikapi penderitaan yang dialaminya dengan sabar dan menyadari bahwa di balik penderitaan terdapat hikmah, dapat digolongkan sebagai orang yang sehat mentalnya. Sebaliknya, orang yang menyikapi penderitaannya dengan keluhan dan kekecewaan merupakan orang yang mengalami gangguan mental.
Menurut Ustman Najati, mengingat Allah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ingat kepada Allah yang dapat menimbulkan perasaan tenteram dan tenang. Di dalam jiwanya tidak ada perasaan bersalah. Ini merupakan terapi bagi kegelisahan yang dirasakan manusia ketika ia merasa lemah dan tidak punya penyangga serta penolong dalam menghadapi berbagai tekanan dan masalah kehidupan.
B. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti keadaan ekonomi, kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan dan sebagainya.
Sebenarnya faktor intern itu lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan faktor ekstern. Hal ini sesuai dengan pendapat Daradjat (1982: 15), bahwa sesungguhnya ketenangan hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin itu tergantung dari faktor ekonomi, adat kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.[17]



MODEL REHABILITASI ATAU RESOSIALISASI PERILAKU ABNORMAL
A.      Perspektif Umum
     Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif,  prosedur pembedahan dan psikofarmakologi.
1. Kemoterapi (Chemotherapy)
    Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun   penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
2. Elektrokonvulsif ( Electroconvulsive)
    Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
3. Psychosurgery
   Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area hipotalamus tertentu.
Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.[18]



4.      Psikofarmakologi
    Psikofarmakologi yaitu penggunaan obat-obatan untuk menangani gangguan psikologis. Ada banayak obat psikotropika, substansi kimia yang memengaruhi keadaan psikologis yang sebagian mengakibatkan perubahan cepat dalam pemikiran, suasana perasaan, dan perilaku.[19]
B.      Perspektif Islam
     Menurut Mujid (2006 ) Ada tiga pola yang dikembangkan untuk mengungkap metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental, yakni :
A.  Metode Imaniah
      Iman  adalah kepercayaan sehingga individu yang beriman adalah  individu yang merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup. Dengan iman, seseorang memiliki tempat untuk berkeluh kesah dan tempat memohon apabila ia menghadami permasalahan hidup, baik yang berkaitan dengan perilaku fisik maupun psikis. Ketika seseorang telah mengerahkan daya upayanya secara maksimal untuk mencapai satu tujuan, namun tetap mengalami kegagalan, tidak berarti kemudian ia putus asa atau bunuh diri. Keimanan akan mengarahkan seseorang untuk mengevaluasi kinerjanya maksimal atau belum dalam pemecahan masalah berdasarkan cara – cara yang berada dalam Al – Qur’an dan al – Hadist akan tetapi jika individu menemui kegagalan, hal yang perlu diperhatikan adalah hikmah dibalik kegagalan tersebut dengan percaya bahwa Allah menguji kualitas keimanannya melalui kegagalan atau agar ia tidak sombong dan  angkuh ketika memperoleh kesuksesan.
B.  Metode Islamiah
      Islam memiliki tiga makna yaitu penyerahan dan ketundukan atau  al silm, perdamaian dan keamanan atau al-salm, dan keselamatan atau al salamah. Realisasi metode Islamah dapat membentuk kepribadian muslim  yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kesehatan mental.
C. Metode Ihsaniah
     Ihsan  adalah baik.Individu  yang baik atau muhsin adalah Individu yang mengetahui akan hal-hal baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik, dan dilakukan dengan niatan baik pula.  Metode ini apabila dilakukan dengan benar akan membentuk kepribadian muhsin yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi :


a.  Al-bidayah
Tahapan ini disebut juga tahapan takhalli. Takhalli adalah mengurangi diri dari segala sifat-sifat kotor , tercela, dan maksiat.
b.  Al-mujahadat
Pada tahapan ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat, kemudian  ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik. Tahapan ini disebut juga tahalli .
c.  Al-muziqat
 Pada tahapan ini, seorang hamba tidak sekadar menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT , namun ia merasa  kedekatan, kerinduan, dengan  Allah. Tahapan ini disebut Tajalli. Tajalli adalah menampakkan sifat sifat Allah SWT atau Al – Maul Husna  pada diri manusia.[20]

      Selain dari metode-metode yang disebutkan diatas ada lagi satu bentuk atau cara untuk merehabilitasi perilaku abnormal tersebut yang sangat tidak asing lagi didengar yaitu Psikoterapi Islam.
      Ibnu Qayyim Al-Jauziyah lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori, yaitu tabiiyyah dan syariyyah. Psikoterapi tabiiyyah  adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti perasaan kecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya. Psikoterapi syariyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya. Sebab dapat merusak qalbu seseorang, seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syariah yang datangnya dari Tuhan.
    Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi islam dalam dua kategori, yaitu pertama bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata, yang kedua yaitu bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral/ spiritual, dan agama. Model psikoterapi yang pertama lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi manusia, seperti neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia, Manic depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya.[21] Psikoterapi dalam islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit manusia-manusia modern adalah sebagai berikut:
1.      Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia.
2.      Shalat
Terapi yang kedua adalah shalat diwaktu malam. Shalat yang dimaksudkan disini bukan berarti shalat wajib dengan mengakhirkan shalat isya, namun yang dimaksudkan adalah shalat sunnah seperti shalat tahajjud, hajat, muthlak, tasbih, tarawih (khusus bulan ramadhan), dan witir. Peranan shalat sendiri menurut Ancok (2004) ada empat aspek terapeutik yang terdapat dalam shalat, yaitu aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto sugesti, dan aspek kebersamaan.
3.      Bergaul dengan Orang Shalih
Orang yang shalih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang yang shalih berarti ia dapat berbagi rasa dan berbagi pengalaman. Nasihat-nasihat orang shalih akan dapat memberikan terapi bagi kelainan atau penyakit mental seseorang.
4.      Puasa
Puasa dapat menyembuhkan gangguan jiwa, sebagaimana yang dilakukan oleh Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada lembaga psikiatri moskow mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Dalam usahanya itu ia menterapi pasien sakit jiwa dengan menggunakan puasa selama 30 hari dan ternyata pasiennya sembuh dan bahkan selain itu kemungkinan pasien untuk tidak kambuh kembali setelah 6 tahun kemudian ternyata sangat tinggi (Ancok, 2004).
5.      Dzikir
Dzikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas dzikir mendorong sesorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalm hatinya. Dzikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga dzikir mampu memberi sugesti penyembuhannya.
6.      Terapi Do’a
Do’a adalah harapan dan permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah SWT yang membuat penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan (QS. Al-Syuara:80). Do’a dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari.[22]

DAFTAR PUSTAKA

Nevid, Jeffrey S dkk.2005.Psikologi Abnormal.1.Jakarta: Erlangga.
Kuntjojo.2009.Psikologi Abnormal.Kediri: Bursa Media.
Davsion, Gerald C.2012.Psikologi Abnormal.9.2012.Depok: Raja Grafindo Persada.
Halgis, Richard P dkk.2012Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis.6. jilid1.Jakarta: Salemba Humanika.
Oltmanns, Thomas F.2013.Psikologi Abnormal.7 jilid 1.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujib, Abdul.2006.Kepribadian dalam Psikologi Islam.Jakarta: Raja Grafindo.
Mujib, Abdul dkk.2002.Nuansa-nuansa Psikologi Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tristiadi, Ardiani Ardi.2011.Psikologi Abnormal.Bandung: Lubuk Agung.
Dirgagunarsa, Singgih.1999.Pengantar Psikologi.Jakarta: Mutiara.
Kartini Kartono.2000.Psikologi Abnormal.Bandung: Mandar Maju.
Rahayu, Iin Tri.2009.Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer. Malang: Sukses Offset.
http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php%3Fid%3D3417 diakses pada tanggal 06 Desember 2015 pukul 11.59



http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php%3Fid%3D3417 diakses pada tanggal 06 Desember 2015 pukul 11.59












































[1] Tim bakti Husada, Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan, hlm.2
[2] http://www.scribd.com/doc/34873082/2/A-PENGERTIAN -PSIKOLOGI-ABNORMAL, Diakses pada tanggal 02 Desember 2015 Pukul 14.16 WIB
[3] Tim Bakti Husada, Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan, hlm.2-3
[4] Psikopatologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari prose, penyebab, dan perkembangan gangguan mental.
[5] Nevid, Jeffrey S  dkk, Psikologi Abnormal.1, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm.4
[6] http://www.En.wikipedia. org/wiki/psychosis, Diakses pada 03 Desember  2015 Pukul 10.45 WIB.
[7] Kuntjojo, Psikologi Abnormal, (Kediri: Bursa media,2009), hlm.2-4
[8] Davsion, Gerald C,  Psikologi A bnormal.9, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.5
[9] Nevid, Jeffrey S. dkk, Psikologi Abnormal.Edisi 5 jilid1 , (Jakarta: Erlangga, 2002)
[10] Davsion, Gerald C, Psikologi Abnormal.9, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.5
[11] Sebuah rumah sakit lepra.
[12] Di kop ialah mengeluarkan darah dengan cara menyungkupkan mangkuk yang dipanaskan (dengan meletakkan pada bagian tubuh, biasanya dikepala yang akan disedot darahnya membekam).
[13] Pembebasan atau pengekspresian perasaan-perasaan secara bebas.
[14] http://faramadina.blogspot.co.id/2012/04/abnormalitas.html, diakses pada tanggal 02 Desember 2015 pukul 15.49
[16] Halgis, Richard P, dkk,  Psikologi AbnormalPerspektif Klinis pada Gangguan Psikologis.1, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm.12
[17] Mujib, Abdul, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo,2006)



[19]Oltmanns, Thomas F, Psikologi Abnormal.7 jilid 1,  (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm.74-75.
[20] Mujib, Abdul, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006).
[21] Rahayu, Iin Tri, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer, (Malang: Sukses Offset, 2009), hlm.213-214.
[22] Rahayu, Iin Tri, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer, (Malang: Sukses Offset, 2009), hlm.220-265.
Previous
Next Post »

Silahkan berkomentar dengan sopan dan beradab :D
ConversionConversion EmoticonEmoticon