Setiap orang pasti mempunyai mimpi yang ingin diwujudkan. Tidak
hanya dalam bayang-bayang dan angan saja
tentunya. Begitupun hal itu berlaku pada diri saya, yang merupakan anak dari
keluarga yang sederhana bisa dibilang seperti itu. Karena, jujur saya sendiri
memilki banyak mimpi dan sering berkhayal yang di luar kemampuan keluarga saya.
Tentu saja karena bisa dibilang saya memiliki mimpi yang mungkin rada sulit
direalisasikan salah satunya mimpi saya dari
sekian banyak keinginan saya yaitu ingin merasakan yang namanya naik
pesawat serta bisa merasakan dan menghirup oksigen di luar negeri. Bermimpi hal
itu di usia yang memang masih dini, ketika berada di bangku SMP kelas 1. Hal
itu menjadi bahan tawaan teman sebangku saya waktu itu. Memang dulu hal itu
hanya dalam hati tersimpan bahkan sampai menjadi kristal menyatu dalam hati,
karena saking lamanya hal itu tidak terealisasikan.
Namun hal itu akhirnya dapat dilakukan oleh saya di usia 18 tahun
ini. Meskipun mimpi saya ingin menghirup udara di negeri ginseng belum
terwujud. Akan tetapi setidaknya saya bisa menaiki pesawat dan mendarat di
negeri orang. Itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya tentunya. Mendarat
di negeri jiran itu merupakan suatu keajaiban di hidup saya dengan melihat
keindahan yang Allah berikan pada kita untuk patut kita syukuri. Serta dapat
berkujung ke negeri gajah putih juga merupakan hal yang luar biasa siapa yang
tidak senang karena saya jujur saja penggemar K-POP dan bagi pembaca yang suka
juga tentunya tahulah, kenapa saya bisa senang di Thailand tentunya tahu jika
kalian juga penggemar K-POP. Karena Thailand merupakan negara kelahiran Bam Bam
GOT7 dan Lisa BlackPink yang merupakan artis dari boyband dan girlband di Korea
tersebut.
Semua mimpi bisa diwujudkan oleh setiap individu jika kalian
bersungguh sungguh dan tak pernah meninggalkan mimpi itu serta tak bosan untuk
mengingatnya. Dan serta jangan lupa juga kita membantu Allah dalam mewujudkan
mimpi kita juga, karena jika kita selalu meminta padanya tanpa usaha nyata
tetap saja itu menjadi suatu yang takkan dapat direalisasikan dan akan selalu
menjadi bayangan saja tentunya. Jadi janganlah menjadi pemimpi yang pasif
dengan hanya mengikuti alur hidup seperti biasanya.
Dalam hal ini penulis tentunya ingin sharing mengenai pengalaman
penulis sendiri dalam mewujudkan mimpi itu. Dalam hal ini penulis akan
memaparkan bagian-bagian penting yang memang menurut penulis patut
dipertimbangkan karena akan bermanfaat bagi pembaca semua terutama. Dari mulai
pembuatan paspor hingga penulis pulang ke tanah air tencinta. Langsung saja yah
here we go !!!
Hidayah dibalik Magang HMPS BKI
Ketika mendengar bahwa HMPS BKI UIN SUKA Yogyakarta akan mengadakan
studi komparatif ke Malaysia dan Thailand pada saat itu penulis hanya bisa
berkhayal jika ikut pasti seru. Namun itu hanya seperti info lewat saja,
sehingga pada saat wawancara untuk mengikuti kegiatan magang HMPS BKI itu
penulis rasanya ingin sekali mengikuti kegiatan itu entah motivasi dari mana.
Dilain sisi juga saya berfikir uang gampang dicari so banget iya gak hehehe.
Pada saat itu juga memang ketua HMPS BKI kak Nisa bicara bisa
mengajukan proposal, itu buat penulis tambah bersemangat. Meskipun pada
akhirnya tak dapat uang dari proposal. Namun memang kebetulan pada saat itu
penulis ikut kegiatan magang di UIN dan katanya dapat uang empat ratus ribu
rupiah, dan ada tambahan uang bidikmisi juga. Namun pada akhirnya uang magang
itu hanya seratus ribu rupiah. Jadi hanya uang orang tua saja dan uang
bidikmisi. Yang membuat saya terbang ke negeri orang itu.
Sehingga saya selalu menawarkan kegiatan itu ke banyak teman,
alhasil banyak juga yang ikut akhirnya. Dan berjuang bersama.
Pembuatan paspor = uji
kesabaran
Kenapa penulis bilang seperti itu, tentu saja bagi yang pernah
membuat paspor di Kantor Imigrasi Yogyakarta Kelas I di jalan solo itu tentu
tidak heran dan penasaran dengan kata yang satu ini, yaitu sabar. Jelas disana
kita diuji kesabarannya, karena memang pada saat itu mendekati tahun baru, so
pasti banyak yang buat paspor lah buat hangout ke luar negeri tentunya dong ya.
Jelas pada saat itu sebelumnya penulis hanya bisa mendengar cerita
dari kakak angkatan juga yang pada saat itu beliau memang sudah buat paspor
lebih dulu dari pada penulis. Mendengar ceritanya yang amazing itu,
sontak membuat penulis kaget dan sempat berfikir kenapa bisa imigrasi seperti
itu. Tentunya kalian penasaran bukan dengan apa yang diceritakan oleh kakak
angkatan penulis bukan. Sabar, nanti penulis ceritkan pokoknya.
Jadi, seperti ini ceritanya bahwa imigrasi itu harus menyediakan
attau membawa berkas-berkas administrasi tentunya, seperti KK, akte, KTP/KTM,
Surat keterangan dari fakultas pada saat itu memang untuk mempermudah saja sih,
dan lainnya kalau tidak salah bawa Ijazah juga boleh, dan itu harus asli dan
Fotokopi. Alhasil penulis yang pada saat itu ada problem di KK, yaitu
nama bapak di KK dan akte penulis itu beda. Kalian pasti bertanya bukan kenapa
bisa?. Bisa saja sih, ketika penulis tanya ke bapak alhasil jawabannya karena
itu katanya tradisi di daerah kelahiran bapak penulis, jika sesudah menikah itu
pasti diberi nama lagi. Ya seperti itulah panjang ceritanya.
Nah, dari masalah tadi aja penulis bingung tanya-tanya ke
kakak-kakak alhasil bilangnya disuruh buat surat keterangan dan sebagainya.
Namun apa yang terjadi ketika hal itu penulis hendak dibicarakan ke bapak
mengenai hal itu, akan tetapi penulis lupa bahwa kemarin-kemarin penulis sudah
bicara ke bapak mengenai hal itu. Yang buat penulis lebih kaget lagi yaitu
ternyata bapak penulis malah membuat KK baru dan hendak membuat Akte v baru
pula di Cirebon sana. Sontak mendengar hal itu penulis kaget dan merasa sedih
karena menyusahkan orang tua. Ketika pembuatan KK berjalan lancar, ternyata
kata bapak penulis dalam pembuatan Akte membutuhkan biaya sekitar satu jutaan
lebih. Wow bukan? Disaat perlu uang untuk pembuatan paspor malah harus
mengeluarkan uang tentunya itu tidak boleh.
Sontak mendengar hal itu penulis langsung mencegah tindakan bapak
penulis selanjutnya yaitu membuat akte. Penulis langsung saja membicarakan
kepada bapak bahwa buat surat keterangan saja di desa pak. Yah akhirnya bapak
penulis manut. Ketika satu masalah terselesaikan masalah keduapun muncul
dan ini masih masalah pembuatan paspor ya. Yaitu uang. Saat itu uang yang
tersisa di ATM Bidikmisi penulis hanya tinggal empat ratus ribu saja, padahal
itu belum buat makan, memberi biaya tempat tinggal. Alhasil tak ada jalan lagi
selain bergantung kepada Allah dan tentunya terutama minta uang tambahan ke
orang tua. Sejak saat itu penulis bertekad untuk membuat paspor dengan dua
puluh empat halaman saja karena uang selebihnya untuk keperluan yang lainnya.
Maklum ditambah orang tua hanya tiga ratus ribu rupiah itu juga uang modal
warung kata kakak penulis sih, tidak dari orang tua langsung, itu juga penulis
ngotot nanya ke pihak keluarga uang ini dari mana. Nah dapat dilihat bukan
dalam mimpi kita itu pasti da mimpi orang lain juga dalam artian bahwa ketika
kita bisa mewujudkan mimpi kita tentunya kita tidak mengangkat dan meraihnya
sendiri melainkan bantuan dari beberapa pihak juga terutama orang tua. Jadi,
berbaik-baiklah kalian kepada orang tua dan bersyukur jika orang tua kalian
masih ada namun dan jika orang tua kalian sudah ada di surga sana doakanlah,
jangan sampai putus doa kita terputus terhadapnya.
Hal itulah yang membuat penulis lama dalam proses pembuatan paspor
sehingga membuat panitia studi komparatif jadi seperti rentenir yang selalu
setiap saat menagih no.paspor. maklum karena itu memang sangat mendesak dan
sangat penting guna pemesanan tiket dan sebagainya.
Masalah penulis tidak hanya sampai disitu loh.. mulai lagi dengar
pengalaman yah..
Tidak hanya disitu kakak angkatan penulis bilang bahwasanya dalam
pembuatan paspor kalian harus menunggu dari pukul dua belas malam, it’s impossible
tentunya. Ketika ditanya kenapa bisa seperti itu kak, beliau menjawab karena
banyak sekali yang hendak membuat paspor dek. Jadi kalau ngantri pukul lima
pagi kalian bakal ketinggalan. Mendengar hal itu penulis selalu pantau
websitenya meskipun tidak tahu kapan akan membuat paspor. Kebetulan pada saat
itu ada pengumuman dari pihak imigrasi bahwa sekarang tidak ada batasan kuota
jadi bebas dan tidak membolehkan mengantri dari pukul tengah malam itu. Hal itu
tentunya membuat penulis senang dan lega.
Dimulai dari teman seperjuangan yaitu Nissa. Yang memang pada saat
itu ia diajak oleh penulis untuk ikut bergabung dan alhasil dia ikut. Dari perjanjian
dengannya bahwa dalam pembuatan paspor nanti bareng dan akhirnya kita bareng
dalam buat paspor. Namun, pada saat hari pembuatan paspor itu ia padahal ada
kegiatan ke solo dan akhirnya ia korbankan kegiatan itu. Kasihan sihh. Akhirnya
kita putuskan membuat paspor bersama dan berangkat pada pukul empat pagi dari
UIN namun ternyata pada saat itu kita tidak hanya berdua melainkan ada dua
teman lainnya yaitu Iva dan Sarah. Dimulai sejak saat itulah kita selalu
bersama sampai kembali ke tanah air.
Sepertinya ada saja masalah yang selalu mengikuti di setiap langkah
penulis, kenapa karena pada saat pembuatan paspor kita berempat menunggu dari
jam lima pagi sampai pukul delapan pagi ternyata baru buka, selanjutnya ketika
itu pengecekan berkas administrasi ternyata penulis lupa akan hal berkas
fotokopiannya, memang ini untuk pelajaran lain kali harus dpersiapkan secara
matang. Alhamdulillah untungnya disana terdapat tempat buat fotokopi
meskipun harus turun tangga dulu perjuangan sob.
Setelah itu kita hanya duduk dan menunggu nomor antrian kita
masing-masing dipanggil masuk. Pada saat itu penulis mengisi formulir dan
memilih papor dua puluh empat halaman. Namun apa yang dilakukan petugas
imigrasi dia malah input data penulis dengan empat puluh delapan halaman, itu
rasanya seperti kepala penulis udah jauh kemana-mana. Cari uang nanti diamana
lagi. Sedikit kecewa juga dengan pelayanan pada saat itu. Maaf ya para petugas
imigrasi. Ini buat pembelajaran aja. Kenapa sampai penulis merasa kecewa.
Pertama dalam hal petugas imigrasi pertama yaitu perempuan sebut saja mawar dia
salah menginput dataku, yang kedua petugas laki-laki yang bagian mengecek dan
foto serta wawancaranya sebut saja cardi, dia malah menanyakan data ini apakah
benar mba. Ketika saya lihat ternyata ada yang ganjal yaitu di jenis paspor
yaitu bukan dua puluh empat halaman melainkan empat puluh delapan halaman.
Sontak penulis langsung bicara tentang hal itu, entah apa yang membuat petugas
itu malah menanyakan hal yang sudah diinput dan tak bisa dirubah lagi, kenapa
menanyakan terhadap data yang masih bisa dirubah entahlah mungkin sistemnya
atau gimana aku hanya bisa perpositif thinking. Namun, pada saat itu menurut
penulis yang paling bersalah yang mawar tadi dan apa dia hanya bersikap biasa
saja tanpa punya rasa salah sedikitpun. Tak malu kah kau hehehe.
Pada saat itu saya sedikit menahan amarah meskipun susah sekali, rasanya
ingin marah-marah disana tapi ya sudahlah. Sehingga penulis meminta untuk
diganti lagi dengan keinginan penulis, penulispun dipersilahkan duduk dan
menunggu kembali, ironisnya kenapa tidak bilang dari awal kalau ingin dua puluh
empat halaman itu harus menunggu sepuluh hari lagi pada saat penulis masih
duduk malah ngasih tahunya pas penulis menunggu udah lama dan datanya sudah
berubah gimana gitu. Mungkin saya akan menerima yang empat puluh halaman dan
cepat selesai tentunya. Ketika hal itu sudah diganti dengan empat puluh halaman
nyatanya ada masalah lain tahun lahirku beubah drastis jadi 1989. Hello penulis
ternyata tua yah dari umur 1998 ke 1989. Disana penulis sudah seperti air
mendidih yang siap keluar jika apinya tak dimatikan. Akhirnya petugas bilang
nanti saya akan perbaiki. Okelah saya manut dong.
Ketika itu pengambilan paspor penulis menitip surat kuasa ke Nisa
maklum penulis pulang kampung meskipun masih khawatir tentang paspor. Dan
ternyata benar ketika Nisa mengambil paspor ternyata paspor penulis belum jadi.
Dan baru jadi satu minggu kemudian. Sama saja menunggu buat paspor yang dua
puluh empat halaman. Disitu penulis tak enak hati terhadap nisa tentunya.
Kasihan dia mengurusi paspor penulis. Kau memang the best kawan.
Untuk pelajaran menjaga teman yang baik itu susah agar selalu
senantiasa bersama namun melepasnya itu mudah sekali bagaikan melepas burung
terbang bebas.
Menuju dua maret
Menunggu waktu tiba pemberangkatan yaitu tanggal dua maret,
dibubuhi dengan berbagai persiapan. Dari packing hingga Technical
Meeting. Diawali dengan TM pada tanggal sembilan belas februari di kediaman
dosen kami yaitu paka Muhsin Kalida di Cakruk Pintar. Pastinya yang tinggal di
daerah jogja sudah tidak asing bukan dengan tempat tersebut. Dengan dihadiri
oleh lebih dari empat puluh peserta kami bersama-sama membahas mengenai
persiapan dan kelengkapan nanti dimulai dari pemberangkatan hingga nanti hidup
disana. Dengan dibubuhi tentunya dari mahasiswa berbagai perguruan tinggi dan
dari berbagai jurusan yang berbeda.
Dalam TM tersebut, dilakukannya tanya jawab seputar hal yang belum
dipahami.
Selanjutnya pada H-1 pemberangkatan yaitu pada tanggal satu maret
dilakukannya TM di Teatrikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi bersama pihak
travel sekaligus pemberian kaos serta co-card tentunya. Di hari yang sama juga
kita seluruh mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi berkumpul bersama dengan
Dekan fakultas, dalam rangka pembahasan dan potret bersama. Tentu menjadi momen
yang paling berharga tentunya, karena besok bisa terbang ke negeri orang.
Malam hari yang melelahkan karena harus packing barang bawaan dan
tidak boleh lebih dari tujuh kilo gram. Agar bisa masuk kabin tanpa perlu bayar
dan memesan lagi bagasi jika kelebihan. Maklum penulis tak pandai dalam hal
packing. So lama. Di malam itu juga sulit tidur karena takut kesiangan, karena
harus tepat waktu di bandara Adi Sudjipto pukul lima pagi.
Kerja Jantung Lebih Aktif di Hari Pemberangkatan
Mandipun pukul tiga pagi, tidak kebayang bukan dingin sekali
rasanya hingga tulang rusukpun berteriak kedinginan. Berangkat dari rumah
dengan bingung karena takut telat, namun apa yang terjadi pukul lima pagi itu
tidak berlaku lagi di Bandara pada waktu itu, nyatanya masih banyak yang telat.
Kaget sendiri dengan barang bawaan penulis yang dengan koper lumayan besar
sedangkan koper yang lain relatif kecil-kecil. Hal ini pertama saja sudah
membuat jantung berdetak cepat dan terus berfikir. Namun tetap berpositif
thinking tentunya.
Dimulai dari menimbang barang bawaan, yang kebetulan pas tujuh kilo
gram. Namun untuk antisipasi penulis keluarkan sedikit barang di koper dan
masukkan ke dalam tas gendong, karena takutnya overload. Dan ketika
ditimbang lagi kini hanya enam kilo gram. Lega. Dengan proses yang lumayan
menyita tenaga dan perhatian di terminal B itu. Tepatnya dari awal atau di
terminal A, penulis menyusuri setiap jalan demi menemukan terminal B dan di
akhiri dengan menunggu check in dan pemeriksaan barang dan sebagainya lumayan
melelahkan. Sehingga sampailah penulis di ruang tunggu pemberangkatan. Hingga
akhirnya di pukul sembilan lebih tiga puluh menit kita semua menuju pesawat
airasia tujuan kuala lumpur bersama. Luar biasanya yaitu ketika pesawat dalam
keadaan take off, jantung terasa ingin lepas. Kaget memang tapi pengalaman yang
tak terlupakan tentunya.
Di dalam pesawat penulis hanya bisa berfikir dan tidak percaya bisa
naik pesawat. Karena, jujur ini baru pertama kalinya bagi penulis naik pesawat.
Sampai penulis pada saat itu mendapatkan seat 20E yang berada di tengah
dari tiga kursi untuk tempat duduk. Sayang memang, kala itu penulis tidak
berada di dekat jendela pesawat untuk melihat pemandangan yang luar biasa.
Namun, hal ini penulis sangat sudah bersyukur bisa duduk santai di kursi
pesawat. Dengan harapan ketika pulang bisa mendapatkan tempat duduk di dekat
jendela.
Setelah melihat dan mendengarkan para awak pesawat memperagakan
berbagai cara untuk mengenalkan fasilitas dan alat penyelamatan. Akhirnya
kamipun take off dari Yogyakarta menuju Kuala lumpur Malaysia.
Pemandangan luar biasapun penulis tak bisa dilewatkan begitu saja
dengan ketika berada di ketinggian penulis bisa melihat indahnya awan-awan yang
ada di atas lagit. Serta yang membuat penulis agak tidak nyaman yaitu
pendengaran atau telinga serasa tak enak untuk mendengar, mungkin bagi yang
sering naik pesawat sudah tak asing lagi bukan. Sehingga ketika hampir landing
di KLIA, luar biasanya yaitu ketika bisa melihat kebun sawit yang terhampar
luas di malaysia itu terlihat indah jika dilihat di atas.
Sesudahnya sampai di KLIA pada waktu itu pukul setengah dua siang
berbeda agak cepat dari jam indonesia terutama di bagian barat. Pada saat itu
disana masih belum adzan baru pukul dua kurang sedikit disana barulah adzan.
Penulis hanya bisa takjub dengan keadaan dan fasilitas di KLIA (Kuala Lumpur
Internastional Airport) kenapa karena sungguh disana bangunannya sangat megah
dan indah tentunya.
Sesampai disana dan selesai cop dibagian imigrasi malaysia,
meskipun cukup panjang antriannya dan sedikit lebih ketat karena malaysia sangat
memerhatikan tentang narkoba dan penjualan manusia, sehingga disana kita di
scan jari telunjuknya. Setelah itu kami sudah ditunggu oleh pihak travel.
Tempat pertama yang kami kunjungi ialah masjid putra jaya yang sangat indah
sekali, megah dan terbaik. Disana orang yang bukan beragama islam goleh masuk
asalkan harus memakai jubah karena akan mendatangi tempat ibadah yang suci.
Disanapun banyak petugas yang menjaga. Malu juga disana karena, ada turis sok
kenal gitu nanya ke penulis pakai bahasa inggris pula. Dan apa yang terjadi aku
susah menjawab, maklum inggris penulis masih taraf dasar sekali.
Dihari pertama ini kami habiskan waktu dengan mengunjungi destinasi
yang awesome seperti twin towers, dataran merdeka dan tentunya home stay yang
nyaman.
Tak kuasa bangun
Berada di home stay bersama kawan yang kocak, dan kebetulan kami
mendapatkan kamar yang terbaik kualitasnya, dengan kamar mandi di dalam kasur
besar serta adanya selimut, AC dan lainnya. Hal ini agak berbeda dari teman
yang lain. Maklum itulah yang namanya rezeki anak shaleh.
Universitas yang membuat kagum
Hingga tiba waktunya pagi hari. Hari ini tepat di tanggal tiga hari
yang paling menyenangkan tentunya bisa visit ke USIM (Universiti Sains Islam
Malaysia), tepatnya berada di negeri sembilan. Sebuah universitas dengan
fasilitas dan peraturan yang benar-benar dipatuhi oleh mahasiswanya. Kita
berkunjung ke jurusan counseling disana kalau namanya, ahh sayang lupa penulis
fakultasnya.
Dengan pembukaan presentasi dari pihak USIM selanjutnya sesi tanya
jawab dan dilanjut dengan melihat makmal-makmal counseling disana seperti
makmal anak, keluarga, konseling kelompok dan konseling individu. Makmal itu
kalau disana istilah yang digunakan untuk suatu ruangan itu. Fasilitas yang
diberikan disana jangan ditanya, ketika ada dari mahasiswa yang menjelaskan
bahwasanya harga satu kamera saja sudah seharga RM 18.000 berpa tuh kalau di
rupiahkan. Wow hampir 44jt loh. Serta mendapat predikat universitas terbaik,
terutama di bidang konselingnya.
Disana juga orangnya baik-baik dan pintar-pintar. Aktivitas belajar
disana benar-benar dinaungi dengan fasilitas yang baik pula, sehingga
benar-benar menunjung perkuliahan. Patut sekiranya dicontoh oleh universitas di
indonesia demi tercapainya proses perkuliahan yang baik, meskipun ya tentu saja
harus merogoh kocek yang lumayan disamping itu juga sangat perlu adanya
perubahan mental para mahasiswa yang berupa perilaku ke arah yang lebih baik,
sebagai bagian dari manifestasi dari ilmu-ilmu yang pernah didapat baik
dibangku perkuliahan maupun dari dunia luar yang lebih luas lainnya.
Selepas dari tempat universitas yang luar biasa itu kita langsung
mengunjungi KBRI di Kuala Lumpur, disana kami melakukan dialog dengan dihadiri
oleh director atau pimpinan yang mengemban di ketenagakerjaan KBRI di Kuala Lumpur, serta para pesertanya
yaitu dari SMP Global Bandung dan tak lupa juga dari para mahasiswa UIN jogja
dan jakarta. Meskipun sederhana disana memiliki hal yang menarik mengenai
pembahasan berbagai permasalahan yang dilontarkana oleh para penanya. Baik
permasalahan seperti kuliah disana, para TKW yang bekerja disana yang
bahwasanya terdapat masalah seperti pekerja yang ilegal dan sebagainya.
Namun sayang memang sayang tempat yang paling ingin penulis
kunjungi yaitu University of Malaya, ternyata tidak bisa kesana. Karena tidak
ada komunikasi yang baik mungkin dari pihak panitia dan pihak universitas.
Kenapa karena aku berfikir kenapa bisa pihak disananya pergi ke jepang dan dari
pihak panitia kami malah baru mengetahuinya. Ya mungkin belum rezekinya, tapi
jujur penulis sedikit kecewa.
Pada perjalanan kami selanjutnya yaitu kita bermalam di dalam bus
karena perjalanan langsung menuju Hatyai yang berada di Thailand atau negara
gajah putih itu sehingga yang mengharuskan kita tidur di dalam bus. Meskipun
seperti itu perjalanan kami sangat menyenangkan karena banyak pengalaman yang
kita dapat dari mulai mandi di tempat mandi umum yang sangat minim dan
sederhana dan sejujurnya membuat penulis takbetah tentunya, maklum karena
bayarnya pun hanya 30 sen ringgit malaysia. Karena memang pada saat itu kami
berada di perbatasan antara negara malaysia dan thailand yang memang masih
termasuk daerah kekuasaan malaysia.
Menunggu imigrasi buka kira-kira sekitar dua jam. Itu sangat
membosankan tentunya. Tapi setibanya di imigrasi ternyata terdapat masalah
kecil dari pihak imigrasi thailand entah pada saat itu masalahnya apa tidak
terlalu paham penulis tapi setangkap penulis itu gara-gara masalah uang
tentunya. Penulis sekali lagi dibuat kecewa dikira di thailand masih ada
harapan dapat mengunjungi dan tidak hanya mengunjungi tentunya melainkan kita
studi banding seperti di USIM, namun ternyata di Thailand juga hanya
mengunjungi Songkhla University tapi
tidak melakukan studinya. Entahlah,,, malah di Thailand kita hanya
menghabiskan waktu dengan mengunjungi tempat-tempat wisata dan oleh-oleh.
Seperti Samila Beach, tan kuan hill, dan masih banyak lagi indah semua memang. Dan
pemandangan yang indah dengan budaya mereka yang rata-rata menganut agama
buddha sehingga banyak sekali kuil-kuil dan tempat ibadah serta di setiap jalan
raya pasti ada gambar rajanya, ini bukti bahwa disana sangat menghargai para
pemimpinnya. Yang membuat unik lagi yaitu sepeda motor mereka yang rata-rata di
depannya diberi keranjang seperti keranjang buat sepeda.
Setelah beberapa hari di Thailand, sekitar dua hari dari tanggal
empat sampai lima kita sudah pergi kembali menuju negara Malaysia, dan lagi
lagi kita bermalam di bus.
Di imigrasi Thailand kita tidak ada masalah, namun Setelah berada
di imigrasi Malaysia ada salah satu peserta dari kami yaitu dari UIN Jakarta
mendapatkan masalah. Karena ternyata paspor dia hilang yang seharusnya waktu
itu sudah diurus panitia malah ternyata tak terawasi ikut andil pergi ke
Thailand sehingga ya seperti itu, namun masalah lebih jelasnya sih penulis
kurang paham. Nah itu untuk pelajaran saja, bahwa ketika kita di luar negeri
paspor merupakan hidup dan nyawa kita hehehe.
Setelah kita di Malaysia kita menghabiskan satu hari dengan
keliling Melaka dan selanjutnya kembali ke Kuala Lumpur. Nah baru nih di Kuala
Lumpur kita menghabiskan banyak waktu loh dari pukul delapan sampai pukul dua
belas malam, melelahkan memang. Kita disana shopping-shopping dan jalan-jalan.
Kaos disana rata-rata RM 10 atau sekitar tiga puluh ribu rupiah. Dengan size
yang lumayan besar-besar.
Nah selanjutnya kita langsung ke KLIA karena pukul enam pagi kita
harus sudah take off, bye malaysia pengalaman yang tak terlupakan tentunya.
Namun ada masalah ketika kita menunggu di KLIA karena saking capeknya kita
sehingga penulis menyarankan untuk mencari surau atau mushola untuk tidur
tentunya, karena kami berempat nisa, sarah dan iva serta penulis tentunya
berfikir karena pada saat itu masih lama mungkin kita check in pukul empat pagi
namun apa yang terjadi kita melesat pemikirannya, ternyata kita kepulasan tidur
dan mereka sudah berada di lantai tiga untuk check in meskipun masih pukul
tiga. Untung pada saat itu ada teman yang berbaik hati membangunkan kita
meskipun hanya diluar surau dan hanya bisa berteriak seperti orang gila.
Penulis serasa mendengar suara tapi saking capeknya tak dihiraukan oleh
penulis, sehingga dia sampai kecapean membangunkan kami berempat.
Maklum saja mereka dia teriak-teriak dan tidak masuk surau karena
itu surau khusus untuk wanita. Setelah itu kita mengurusi berbagai urusan
seperti check in, pemesanan bagasi dan selanjutnya hinggalah kami haru berjalan
sangat jauh menuju tempat menunggu untuk terbang. Pokoknya sangat lelah namun
hal itu terbayarkan tentunya. Hinggalah pada saat kita terbang dan waktu itu
masih sangat malam pukul enam di malaysia. Dengan membawa oleh-oleh yang
lumayan sedikit, karena kehabisan uang terutama uang baht thailand yang
langsung cepaat habis. Hehehe. Dengan oleh-oleh itu penulis bisa membagikan
kesenangan penulis dengan teman-teman serta keluarga penulis di jogja.
Sekian pengalaman penulis yang mampu penulis tulis. Sebenarnya
masih banyak lagi mulai dari banyak deskripsi tempat universitas, tempat
destinasi, dan perjalanan kita dari makan, mandi dan beli oleh-oleh. Begitulah
sekiranya yang penulis tulis karena mungkin penting buat kalian terutama bagi
pembaca. Jika ada salah kata mohon dimaafkan dan dimaklumi yahh...
See yuo next time...
Never give up.
Assalamu’alaikum wr. wb

1 komentar:
Click here for komentarAssalamulaikum kak. kenalin nama saya indah dari BKI 19 UINSUKA. saya mau menyampaikan kalo saya beruntung menemukan blog kak endang, terimaksih sudah membantu dalam mencari referensi tugasnya, dan ceritanya keren banget kak. semoga saya dan temen-temen BKI 19 bisa mengikuti jejak kak endang bisa pergi ke luar negeri. doakan ya kak, sukses selalu kak endang.
Silahkan berkomentar dengan sopan dan beradab :D
ConversionConversion EmoticonEmoticon